Rabu, 17 September 2014

SEJAHTERA SAAT PENSIUN, BISAKAH ?

                                                  
“Sebagai anak seorang pensiunan, saya tak ingin mengulang sejarah hidup Bapak”

Mengayuh becak dan terjerat rentenir

Di usianya yang merambat senja, saat pensiun, Bapak masih harus bekerja keras menghidupi keluarga dengan mengayuh becak. Hal itu karena bapak  mempunyai tanggungan 5 orang anak yang semuanya masih sekolah. Otomatis banyak biaya yang harus dikeluarkan saat bapak pensiun. Saya memang tak bisa menyalahkan siapa pun. Bapak atau pemerintah yang telah memberikan uang pensiun setiap bulan. Dengan uang pensiun yang hanya sebesar 75% x gaji pokok, untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, mencukupkan uang sebanyak itu tentu memerlukan taktik jitu yang luar biasa. Apalagi  ketika pensiun pangkat terakhir bapak adalah golongan I/d.

Terlahir sebagai bungsu dari delapan bersaudara, saya tahu betul lika-liku kehidupan keluarga setelah bapak pensiun. Saat bapak pensiun, saya masih kelas 5 SD, sementara empat kakak saya yang lain masih menempuh pendidikan SD dan SMP. Sedangkan tiga kakak perempuan saya yang lain sudah menikah lebih dulu. Tak terbayangkan dan tak terperi kehidupan keluarga saat bapak pensiun. Gali lubang tutup lubang, kalau Bang Haji Rhoma Irama bilang. Makan dua kali sehari, sering kami alami. Makan bubur (karena persediaan beras terbatas) dan sarapan dengan lauk yang beli di warung, merupakan suatu kemewahan buat kami. Bapak pulang tak bawa uang, kerap saya saksikan. Saking parahnya dan mungkin hanya ini satu-satunya jalan, ibu pun akhirnya terjerat hutang ke rentenir.

Maklumlah, siapa sih saudara atau tetangga yang percaya dengan kemampuan membayar pada keluarga kami ? Karena tempat atau orang yang tak banyak membutuhkan jalur birokrasi rumit, bisa segera mendapatkan fresh money, maka lintah darat atau rentenir lah jalan yang ditempuh Ibu. Hanya satu kejelekan rentenir yang saya benci hingga kini : bunganya yang  sangat mencekik leher !

Dengan bunga pinjaman yang beranak pinak dan membumbung tinggi, ekonomi keluarga saya semakin sulit. Dan puncaknya adalah saat bapak menjual satu-satunya asset dan kekayaan keluarga kami, sebuah rumah tempat kami berteduh yang terletak di Perumnas Banyumanik, Semarang. Membaikkah KESEJAHETERAAN keluarga setelah rumah dijual ? Tidak ! Bahkan semakin memburuk. Meski kedua kakak saya ikut membantu bekerja untuk kesejahteraan keluarga. Ada yang mengikuti jejak Bapak mengayuh becak, ada juga yang jadi tukang bangunan. Sedih bin miris, kalau mengingat masa pensiun Bapak.

Pasca rumah dijual oleh bapak, kami sekeluarga sempat menjadi kontraktor atau pengontrak rumah. Dari tahun 1985-1995 kami mengontrak rumah. Lama ya? Dan lucunya rumah-rumah yang kami kontrak itu masih dalam satu RT. Pernah kami pindah hanya berjarak 2 rumah dari rumah yang kami tempati sebelumnya.

Jadi melek finansial


Berkaca dari pengalaman masa kecil, saya langsung bertekad dalam hati : tak ingin mengulang sejarah masa lalu. Apalagi pekerjaan saya sekarang sama dengan bapak : sama-sama sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sama-sama akan mengalami masa pensiun. Saya pun sedikit demi sedikit jadi MELEK FINANSIAL. Berusaha untuk tahu dan belajar bagaimana mengelola gaji yang baik saat masih bekerja. Karena saya ingin saat pensiun saya merasa sejahtera. Paling tidak kondisi keuangan tak jauh berbeda dengan saat saya masih berdinas.

sedang berdinas

Apalagi ketika membaca keterangan dari Sri Wening Handayani, Analis pembangunan sosial dari ADB, bahwa banyak pekerja di Indonesia menghadapi masa tua yang tidak jelas karena hanya sekitar 10% yang memiliki pensiun.

Sejahtera saat pensiun

Menurut pendapat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, ada 5 (lima) hal yang bisa menjamin kesejahteraan hidup di masa pensiun di Indonesia, yaitu :

1) Adanya dukungan keluarga
Sebuah riset menyebutkan ada sekitar 20% orang di Indonesia yang masih berharap bantuan keuangan dari anak di masa tua. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan  Malaysia yang mencapai 42%.

2) Memiliki pendapatan dengan bekerja lagi.
Sekitar 75% orang di Indonesia berharap bisa bekerja lagi setelah masuk masa pensiun. Ini merupakan angka tertinggi di Asia. Bandingkan dengan di Singapura, di mana 71% orang yang berharap bekerja lagi pasca pensiun. Sedang di Malaysia hanya 34% orang berharap bekerja lagi di usia pensiun. Tapi kenyataannya, jumlah pensiunan yang diserap bekerja lagi tidak terlalu tinggi. Di Indonesia, hanya sekitar 40% pensiunan yang bisa diserap bekerja kembali. Sementara di Malaysia hanya 21% dan di Singapura 26%.

3) Adanya simpanan dalam rumah tangga
Dengan penduduk yang sangat berhati-hati, banyak orang Indonesia yang masih mengutamakan menyimpan uang simpanan rumah tangganya di instrumen kas atau deposito.
4) Adanya jaminan sosial dari pemerintah.

5) Berharap pada dana pensiun.

Menyiapkan dana pensiun

Oleh karena itu, memikirkan pendanaan pensiun sangat penting. Para perencana keuangan pun kompak bilang, semakin cepat mengalokasikan dana pensiun, besaran cicilan dana pensiun semakin kecil, tapi potensi dana yang terkumpul semakin besar. Belum lagi soal compounding return (akumulasi keuntungan) yang didapat pasti makin besar.

Untuk menghitung biaya hidup pasca pensiun dan biaya kesehatan di masa pensiun, beberapa data yang perlu dihitung adalah :

1. Berapa tahun lagi waktu tersisa untuk memasuki usia pensiun (usia pensiun, misal 55 tahun dikurangi usia saat ini)

2. Berapa tahun waktu yang kita perkirakan menikmati masa pensiun (dengan menggunakan asumsi usia maksimal hidup, misal 80 tahun dikurangi usia pensiun)

3. Biaya yang kita perlukan untuk biaya hidup atau perkiraan biaya kesehatan kita saat ini, selama sebulan (misal biaya hidup dan biaya kesehatan saat ini selama sebulan, Rp 5 juta)

sumber foto : www.sam.co.id

Dengan menggunakan asumsi usia saat ini 35 tahun dan inflasi 6% per tahun, maka nilai biaya hidup dan kesehatan akan menjadi sebesar sekitar Rp 16 juta/bulan (dalam waktu 20 tahun ke depan).Dan untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa pensiun selama 25 tahun (usia maksimal 80 tahun dikurangi 55 tahun usia pensiun), maka nilai yang harus kita persiapkan adalah sekitar sebesar Rp 11 milyar.

Artinya saat masuk usia pensiun dimana secara ekstrim kita sudah tidak produktif sama sekali, maka dana yang harus tersedia saat itu (atau 20 tahun lagi dari sekarang) adalah sebesar Rp 11 milyar, dengan asumsi dana tersebut akan kita simpan dalam bentuk dana yang likuid dengan asumsi return hanya 4% dan inflasi saat itu mencapai 10% per tahun.

Bagaimana mencapai nilai dana sebesar Rp 11 milyar dalam waktu 20 tahun mendatang itulah yang menjadi tugas atau “pekerjaan rumah” kita saat ini. Dengan menggunakan asumsi return suatu produk investasi yang kita gunakan untuk memenuhi “tugas” tersebut adalah 25% per tahun, maka investasi secara bulanan yang harus kita lakukan adalah sebesar sekitar Rp 1.6 juta / bulan.

Investasi dana pensiun

Kita juga bisa mengalokasikan sendiri dana pensiun di keranjang investasi yang bersifat lebih agresif dengan potensi return lebih besar. Di sisi lain, risiko investasi menjadi hal yang tak perlu dirisaukan karena rentang investasi yang panjang mampu menjembatani risiko tersebut.

Nah, berikut beberapa alat investasi yang bisa dimanfaatkan untuk membentuk dana pensiun kita :
a) Reksadana saham
Setidaknya ada dua keuntungan yang bisa didapat dari investasi reksadana saham, yakni potensi return dari pergerakan harga saham dan kemudahan berinvestasi.
Berbeda dengan saham yang memerlukan penanganan lebih jeli, melalui reksadana, investasi kita akan diracik oleh Manajer Investasi (MI). Potensi return pun cukup besar, bisa sampai 30% per tahun. Tapi, memang ada risiko nilai investasi bisa turun lantaran fluktuasi harga saham yang menjadi portofolionya.
Untuk investor berkarakter moderat, reksadana campuran bisa menjadi pilihan. Alasannya, risiko investasinya lebih kecil.

b) Saham
Selain menikmati kenaikan harga saham, investor bisa menikmati pembagian laba bersih perusahaan atau dividen. Namun, butuh analisis cermat agar tak salah pilih saham. Untuk memudahkan pemilihan saham, kita bisa memilih saham-saham dengan kinerja fundamental bagus, seperti saham-saham perusahaan besar atau blue chips. Namun harga saham blue chip, biasanya, mahal. Jadi, kita sebaiknya membeli saham lapis kedua yang berpotensi memiliki pertumbuhan bagus untuk jangka panjang.

c) Obligasi
Obligasi atau surat utang jangka panjang di atas 15 tahun juga bisa menjadi pilihan. Sama seperti saham, sebaiknya kita menyimpan obligasi untuk jangka panjang, bahkan hingga jatuh tempo.
Dari investasi obligasi, kita bisa menikmati pembagian kupon atau bunga dan kenaikan harga. Untuk menekan risiko, sebaiknya kita memilih obligasi pemerintah ketimbang korporasi.

d) Properti
Properti bisa menjadi sumber dana pensiun. Namun, menjual properti adalah pilihan paling akhir. Selain harganya tak murah, menjual properti juga tak gampang. Jadi, lebih baik menyewakan properti kita untuk mendapatkan passive income.  Pemilihan jenis dan lokasi properti menjadi faktor krusial karena akan menentukan tingkat kenaikan harga dan permintaan sewa.

e) Asuransi yang memberikan proteksi dan investasi

Proteksi dan investasi dari SUN LIFE

Keikutsertaan kita dalam Program Dana Pensiun yang diselenggarakan oleh Perusahaan Asuransi merupakan alternatif jitu untuk menghadapi masa pensiun lebih sejahtera dengan berbagai macam proteksi. Tetapi kita juga perlu memperhatikan profesionalitas dari Perusahaan Asuransi tersebut, agar program dana pensiun kita berfungsi maksimal. Utamanya mudah memperoleh klaim.

Perusahaan Asuransi yang bisa memberikan program dana pensiun harus memenuhi berbagai persyaratan sebagai berikut :
1) Memenuhi tingkat solvabilitas sesuai peraturan perundang-undangan sekurang-kurangnya 8 (delapan) bulan terakhir

2) Memiliki kesiapan menyelenggarakan DPLK di bidang organisasi, personalia dan sistem administrasinya

3) Memiliki kinerja investasi yang sehat sesuai ketentuan investasi di bidang asuransi

4) Memiliki tingkat kesinambungan pertanggungan yang sehat sekurang-kurangnya 2 tahun terakhir dengan nilai tunai 20%

5) Sanggup menyampaikan laporan hasil peneilaian solvabilitas dan laporan investasi perusahaan

6) Telah menjalankan usaha sekurang-kurangnya 5 tahun

di SUN LIFE Cabang Malang

Dan salah satu perusahaan yang memenuhi syarat-syarat seperti tersebut di atas adalah SUN LIFE. Hal ini terbukti dari beberapa penghargaan yang telah diraih, yaitu :
a. Brighter Life Indonesia berhasil memenangkan IMA Outstanding Achievement Award untuk kategori ‘Informasi Keuangan’

b. Juara 1 untuk kategori The Best Risk Management Islamic Life Insurance dengan asset di bawah Rp 100 milliar dari Karim Consulting Group di tahun 2013

c. Juara 3 untuk kategori The Best Islamic Life Insurance dengan asset di bawah 100 miliar dari Karim Consulting Group di tahun 2013

d. Juara 4 Contact Center Service Excellence Award (CCSEA) untuk kategori asuransi jiwa dan kesehatan dari Carre-CSL dan majalah Service Excellence di tahun 2013

e. Peringkat 3 untuk kategori asuransi jiwa dengan aset di bawah Rp 5 triliun Corporate Image Award yang diselenggarakan oleh Majalah Bloomberg Businessweek dan Frontier Consulting Group di tahun 2013

f. Peringkat 1 The Best Risk Management Islamic Life Insurance dengan aset di bawah Rp 150 miliar dari Karim Consulting Indonesia di tahun 2014



g. Peringkat 3 The Profitable Insurance dengan aset di bawah Rp 150 miliar dari Karim Consulting Indonesia di tahun 2014

h. Email Pusat Layanan Nasabah sli_care@sunlife.com meraih predikat “Excellent” untuk kategori industri asuransi dari Carre-CSL dan majalah Service Excellence di tahun 2014

i. Contact Center Service Excellence Award (CCSEA) meraih predikat “Excellent” untuk kategori asuransi jiwa dan kesehatan dari Carre-CSL dan majalah Service Excellence di tahun 2014

Baik investasi untuk masa pensiun maupun mempersiapkan dana pendidikan anak kita dan  masa depan yang cerah memerlukan perencanaan yang cermat. PT Sun Life Financial Indonesia telah menawarkan  berbagai program asuransi bagi setiap tahapan kehidupan kita. Termasuk untuk PERLINDUNGAN KELUARGA. Apalagi setiap perencanaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pribadi kita. Salah satunya adalah melalui Asuransi Brilliance Sejahtera.

Beberapa Keunggulan Brilliance Sejahtera dari SUN LIFE yaitu :
a.  Minimum Premi yang terjangkau yaitu mulai dari Rp2.400.000,- atau US$300.

b. Fleksibel, karena kita dapat melakukan penambahan (Top Up), penarikan (withdrawl) maupun pengalihan (switching) dana investasi kapan saja.

c. Bebas menentukan pilihan Dana Investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan investasi kita.

d. Bebas untuk memilih mata uang dari pilihan Dana Investasi yaitu Rupiah atau US$.

e. Fleksibilitas untuk menentukan komposisi Dana Investasi pilihan kita sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko investasi pribadi karena Brilliance Sejahtera memiliki sistem investasi Multiple Fund.

f. Bebas menentukan Uang Pertanggungan yang diinginkan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Cara bayar Premi yang mudah yaitu tahunan, semesteran, triwulanan atau bulanan.

h. Dapat ditambahkan dengan asuransi tambahan.

Wujud  Melek Finansial

Belajar dari  penjelasan tersebut  di atas, berikut  adalah wujud  melek finansial yang sudah saya lakukan dalam mengelola penghasilan saya selama ini  :
1) ikut asuransi  dana pensiun yang langsung dipotong atau autodebet dari tabungan payroll saya setiap bulannya
  Tujuan saya ikut asuransi ini adalah agar lebih disiplin dalam menabung sekaligus menyiapkan dana pensiun.

2) ikut asuransi jiwa atau asuransi bea siswa untuk anak ketiga saya, Mutiara Larasati (Rara) yang saat ini masih berumur 13 bulan.

keluarga kecil saya


Asuransi bea siswa ini adalah salah satu cara saya mengatasi rasa khawatir disamping  wujud  rasa sayang saya saat Rara lahir. Ketika melahirkan Rara umur saya sudah 39 tahun.  Saya perkirakan saat saya pensiun, Rara sedang banyak-banyaknya membutuhkan biaya untuk sekolah. Dengan iuran semesteran asuransi sebesar Rp 2,3 juta, saya berharap ketika pensiun biaya pendidikan Rara sudah dicover oleh pihak asuransi.

3) Punya asset berupa rumah dan tanah
Syukur Alhamdulillah, rumah dan tanah saya yang di Semarang bisa menghasilkan passive income buat saya. Rumah saya kontrakkan, sedangkan tanah rencananya akan saya tanami pohon pisang dan sengon. Kedua asset saya ini sebagian juga saya jadikan ladang berbagi untuk saudara-saudara saya yang kurang mampu di Semarang.

Dan akhirnya
"Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan."
Kalau kita sudah berniat sungguh-sungguh dan langsung mulai menyiapkan bekal untuk masa pensiun nanti, rasanya tak mustahil bagi kita untuk bisa menikmati masa pensiun dengan sejahtera. Dan memang tak ada yang mustahil di dunia ini.


***







Tulisan ini diikutkan dalam Sun Anugerah Caraka, Kompetisi Menulis Blogger Sun Life 2014