Senin, 25 Juni 2012

BATIK TULIS SEMARANG, APA KABARMU ?

Walau saya  lahir dan besar di kota  Semarang, tetapi pengetahuan saya tentang jenis dan ragam batik tulis Semarang sangat minim sekali. Dan walau setiap hari Jum'at di kantor saya juga selalu memakai baju batik,  tetapi jujur, sehelai kain batik Semarang pun saya tak punya. Dan  kalau ada yang tanya : Kalau ada batik pekalongan, batik tegalan, batik lasem, apa ada batik semarang ? Saya akan langsung menjawab : saya tak tahu. Oh, SUNGGUH TERLALU !!

Dan  kini, untuk membuka wawasan  dan menambah pengetahuan  kita semua, berikut ini saya tuliskan  artikel  tentang  Batik Tulis semarang :


JEJAK SEJARAH BATIK SEMARANG

Semarang merupakan daerah pelabuhan dan salah satu pusat investasi industri terbesar di Indonesia. Semarang sering disinggahi bangsa dan budaya luar, sehingga banyak akulturasi budaya terjadi. Dalam bidang batik, banyak yang mengira bahwa Semarang merupakan sentra batik di Jawa Tengah. Namun sampai saat ini belum ada yang menunjukkan Semarang memiliki tradisi batik, apalagi memiliki motif dan pakem yang jelas. Mengapa Semarang sebagai wilayah perbatikan kurang banyak disebut ? Hal ini sangat dimungkinkan karena di Semarang  jumlah produsen batik relatif  sedikit  ketika meningkatnya pengusaha batik Indo-Eropa dan Cina peranakan. Hal itu begitu berbeda bila dibandingkan dengan wilayah pekalongan.

Terbakarnya Kampung Batik di kawasan Bubaan, Kota Semarang,pada zaman pendudukan Jepang ikut andil terhadap tenggelamnya batik semarang, selain karena kalah bersaing dengan batik printing. Padahal, waktu itu terdapat puluhan industri batik dengan jumlah perajin mencapai ratusan orang.

MOTIF BATIK SEMARANG

Robyn Maxwell, seorang peneliti tekstil di Asia Tenggara, menjumpai sebuah sarung di Tropenmuseum Amsterdam yang di buat di Semarang. Dalam bukunya Textiles of Southeast Asia: Tradition, Trade and Transformation  (2003:386), Maxwell menyebut sebuah kain produksi Semarang berukuran 106,5×110 cm yang terbuat dari bahan katun dengan dekorasi dari warna alam memiliki motif yang sangat berbeda dengan motif Surakarta atau Yogyakarta.

Pepin Van Roojen, menemukan beberapa jenis batik dari Semarang seperti yang ditulis dalam bukunya berjudul Batik Design (2001:84). Ada kain sarung yang dibuat pada akhir abad ke-19 di Semarang. Sarung itu memiliki papan dan tumpal dengan ornament berupa bhuta atau sejenis daun pinus runcing asal Kashmir. Motif badannya berupa ceplok. Ini menunjukkan meskipun secara spesifik batik Jawa Tengah yang diwakili Surakarta dan Yogyakarta berbeda dengan batik pesisir, Semarang termasuk di dalamnya, namun pola-pola baku tetap pula dipakai seperti ditunjukkan pada pola ceplok itu.

Peneliti batik lain, menegaskan batik semarang dalam beberapa hal memperlihatkan gaya laseman karakter utama laseman berupa warna merah (bangbangan) dengan latar belakang gading (kuning keputih-putihan). Lee Chor Lin (2007:65) mengatakan laseman dengan ciri bangbangan mempengaruhi kreasi batik di beberapa tempat di pesisir utara lainnya seperti Tuban, Surabaya dan Semarang.

Maria Wonska-Friend yang mengkaji koleksi batik milik Rudolf G Smend (Smend et al, 2006:53) menyebutkan ciri pola batik Semarang berupa floral, yang dalam banyak hal serupa dengan pola Laseman. Tidak heran pada koleksi tersebut banyak sekali kain batik dari abad ke-20 yang disebut batik Lasem atau Semarang. Maksudnya, batik-batik tersebut tidak secara spesifik disebut sebagai kreasi satu kota misalnya batik Lasem saja atau batik Semarang saja.

BATIK- BATIK DI SEMARANG
  1. Franquemont dan Oosterom
Batik Franquemont memiliki warna beragam dengan warna hijau sebagai kekhasan dan memiliki pola-pola bermotif Eropa, Cina dan pesisir utara khususnya Madura dan pola dari keraton. Franquemont juga mengambil figure-figur dan atribut dari berbagai dongeng Eropa yang ditampilkan berulang pada badan kain batik.
Batik Oosterom cirinya memiliki pola yang rumit salah satu kreasinya dengan motif pola sirkus yang menggambarkan penunggang kuda, orang berdansa, bangunan mirip kastil, pohon palma, dilengkapi dedaunan dan burung mirip phoenix.

2. Tan Kong Tien
Motif-motif batik dari “Batikkerij Tan Kong Tien” merupakan hasil akulturasi motif pesisiran yang berkarakter terbuka dan motif keraton. Contoh motif dasar parang yang merupakan motif batik keraton, seringkali dipadu dengan motif burung merak.

3. Neni Asmarayani
Neni membuka galeri batik pada tahun 1970-an di Semarang dan melibatkan beberapa pelukis dan seniman ternama dalam penciptaan desain. Ada dua motif nuansa Semarang yang diciptakan yaitu Warak Ngendog dan Pandan Arang. Namun usaha pembatikan ini kemudian tidak berlanjut.

4. Batik Semarang 16
Setelah sekian lama vakum pada tahun 2005, Umi. S. Adi Susilo aktif menghidupkan kembali aktivitas perbatikan. Selain banyak mengadakan pelatihan batik juga membentuk perusahaan kerajinan Batik Semarang 16. Ratusan motif telah dihasilkan Batik Semarang 16 terutama motif-motif baru yang berhubungan dengan landmark kota Semarang seperti Tugu Muda, Lawang Sewu, Pohon Asem, Blekok Srondol dan banyak lagi. 11 motifnya telah dipantenkan di HAKI.

5. Desa Gemawang
Berdasarkan literatur, sejak jaman Hindia Belanda di wilayah ini memang telah ada industri batik. Setelah Gunung Ungaran meletus hebat sekitar tahun 1800-an, kerajinan batik lalu menyebar ke berbagai wilayah. Batik Gemawang mulai bangkit pada tahun 2005, setelah diadakan pelatihan membatik. Batik ini mempunyai ciri khas unsur batik kopi, tala madu dan baruklinting. Sedangkan pewarnaan utama menggunakan indigo (indigofera).

6. LOKA Batik by Hanna Lestari
LOKA Batik adalah sebuah label dan gallery untuk kreasi produk fashion dan cultural creative product dengan motif batik semarang khususnya dan Jawa Tengah umumnya. LOKA Batik menjalin kerjasama dengan para pengrajin untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan bercita rasa seni tinggi. Dengan menggunakan e-commerce sebagai salah satu media pemasarannya diharapkan Batik Semarang khususnya dan batik di Jawa Tengah umumnya dapat dikenal lebih luas baik dalam negeri maupun mancanegara.

Pada tanggal 24 Juli 2007, pemerintah kota Semarang melalui Disperindag telah  me-launching batik Semarang melalui sebuah seminar yang membahas mengenai motif dan identitas batik. Dan disepakati bahwa bahwa batik Semarang adalah batik yang diproduksi oleh orang atau warga kota semarang dengan motif atau ragam hias yang berhubungan dengan ikon-ikon Semarang. Pengertian itu belum definitif karena tidak menutup kemungkinan masih berlanjutnya penelitian mengenai batik Semarang.

Saya pernah menyaksikan berita di televisi, perancang busana Anne Avantie  bersama sejumlah perancang busana menggelar pergelaran busana batik semarang. Upaya membangkitkan kejayaan batik semarang sudah dimulai, kini tergantung bagaimana kita  sebagai warga Semarang khususnya, dan seluruh masyarakat Indonesia  menyikapinya.  Sudahkah kita siap memakai batik tulis Semarang ?

                                                                                ******************
Sumber :
1. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds , 2008, Kain Batik dan Tekstil Motif Batik, Kompas
2. Saroni Asikin, 2008, Ungkapan Batik Di Semarang : Motif Batik Semarang, Citra Prima Nusantara Semarang.
3.  http://lokabatiksemarang.wordpress.com/history-of-batik-semarang/
4.  http://batiksemarangindah.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar