Sehabis melakukan akad nikah dan syukuran kecil-kecilan di kota
Semarang pada tanggal 16 Maret 2001, sore harinya aku dan suami
berencana untuk refreshing ke sebuah hotel di kota kami.
Pertimbangannya, karena di rumah banyak saudara, peralatan dekorasi dan
alat masak memasak, maka lebih baik kalau kami "mengasingkan diri"
sejenak. Dengan diantar oleh kakak ipar, kami berboncengan sepeda motor
(BERTIGA) menuju ke pertigaan jalan, kemudian ganti angkutan kota
untuk menuju ke hotel.
Keputusan kami untuk menginap di
hotel ternyata tepat. Malam harinya ternyata kota Semarang diguyur hujan
lebat. Kamar dan rumah bocor, sebagian peralatan dekorasi dan alat
memasak hilang. Entah hanyut terbawa air, atau ketlingsut. Cerita
tersebut baru kami ketahui setelah kami pulang dari hotel. Aku dan
suami prihatin, sedih dan sekaligus geli.
Eh... kok bisa
ikut geli siih ? Padahal sebelum sampai di rumah, aku dan suamiku juga
mengalami peristiwa yang lucu dan sedikit "memalukan " lhooo...
Ceritanya, waktu pulang dari hotel untuk menuju ke rumah kami naik ojek
berbocengan (BERTIGA LAGI). Entah karena sandal jepit suamiku yang
sudah butut, atau tubuhnya yang jangkung hingga kakinya menginjak
tanah, dan menyebabkan sandal jepit yang dipakai suamiku saat itu
putus. Bayangkan, saat sandalnya putus, rumah kami masih jauh lhoo...
Alhasil, di sepanjang perjalanan kami bingung mencari toko yang menjual
sandal sesuai ukuran untuk suamiku, yang ukurannya tidak lazim, sangat
besar. Dan sandal itu baru kami temukan di toko dekat rumah kami.
Sempat kudengar bisik-bisik dari ibu-ibu tetanggaku, "Ih, pengantin
baru, sandalnya kok bisa putus ya ?" Duuuh.. malunya.. Pengantin baru,
sandal jepit pun baru !!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar