Jujur,
dulu saya hanya menganggap semua ini hanya teori, ketika guru Sekolah Dasar
(SD) saya bilang bahwa ciri khas penduduk Indonesia adalah ramah tamah.
Saya dulu menganalogikan ramah tamah dengan basa basi. Pikiran masa kecil saya mengatakan ramah tamah di Indonesia adalah sekedar teori, tanpa bukti nyata. Tak berpengaruh bagi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, apalagi sampai mengguncang dunia. Ternyata saya keliru. Dalam kehidupan saya
sehari-hari, begitu banyak saya menjumpai orang-orang yang menurut saya paling
Indonesia, dengan ciri khas ramah tamahnya. Inilah sebagian dari mereka :
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||
.
1). Pesona keramahtamahan penduduk Indonesia
Mata saya masih takjub membaca berita tentang artis cantik Dian Sastrowardoyo yang akan datang mewakili Indonesia dan Asia Tenggara ke Cannes Film Festival 2012, saat
teman-teman kantor asyik bercerita tentang kejadian hari itu. Tanpa sengaja telinga ini menguping
pembicaraan mereka.
" Wuiih, Bu Nanik hebat ya... Orang yang kemarin marah-marah di ruangan ini langsung bertekuk lutut. Mereka mau membayar semua tunggakannya lhoo.., " kata Mbak Asih dengan penuh semangat. Ada decak kekaguman dalam nada suaranya.
" Bu Nanik gitu lhooo.. Senyum sedikit, langsung deh bisa mencairkan segalanya," Mbak Rumi ikut menimpali.
Sementara Bu Nanik, yang dipuji-puji dan dijadikan bahan pembicaraan, hanya tersenyum simpul.
" Wuiih, Bu Nanik hebat ya... Orang yang kemarin marah-marah di ruangan ini langsung bertekuk lutut. Mereka mau membayar semua tunggakannya lhoo.., " kata Mbak Asih dengan penuh semangat. Ada decak kekaguman dalam nada suaranya.
" Bu Nanik gitu lhooo.. Senyum sedikit, langsung deh bisa mencairkan segalanya," Mbak Rumi ikut menimpali.
Sementara Bu Nanik, yang dipuji-puji dan dijadikan bahan pembicaraan, hanya tersenyum simpul.
Bu Nanik adalah teman seruangan yang tempat duduknya tepat berada di sebelah kanan saya. Sudah hampir
lima tahun kami bekerja dalam satu seksi atau bagian. Berkaca mata, berkulit hitam manis, ramah dan
murah senyum.
Setiap ada masalah, apa pun jenisnya, selalu dihadapi Bu Nanik dengan sabar dan selalu tersenyum. Tak pernah emosional dan tak mudah tersulut amarah. Saat semua temannya ribut dengan beban kerja yang semakin bertambah, dia tetap tersenyum dan menjalankan tugasnya dengan penuh keramahtamahan.
Setiap ada masalah, apa pun jenisnya, selalu dihadapi Bu Nanik dengan sabar dan selalu tersenyum. Tak pernah emosional dan tak mudah tersulut amarah. Saat semua temannya ribut dengan beban kerja yang semakin bertambah, dia tetap tersenyum dan menjalankan tugasnya dengan penuh keramahtamahan.
saya dan Bu Nanik (berkaca mata) saat menghadiri resepsi pernikahan |
Semua klien yang keras kepala dan mudah marah, langsung patuh dan menyelesaikan semua kewajibannya, setelah ditangani oleh Bu Nanik. Dan semua kerja kerasnya membuahkan hasil, ketika dia dinyatakan sebagai pegawai favorit di kantor kami.
Di ruangan kerja kami ada telepon kantor. Siapa pun klien atau
orang yang akan menemui kami, harus telepon dulu. Biasanya sih kami ditelpon atau dipanggil Satpam kantor agar turun ke ruang konsultasi untuk menemui klien. Tak terhitung berapa banyak
bunyi krang kring " memanggil" kami. Kadang saya, Mbak Rumi atau teman yang lain malas mengangkat gagang telepon. Ujung-ujungnya, Bu Nanik lah
yang mengalah untuk mengangkat telepon. Selalu dan selalu.. Sudah tak terhitung
jari pula berapa kali Bu Nanik menemui klien, yang sebetulnya klien tersebut ingin bertemu dengan saya atau Mbak Rumi. Biasanya hal tersebut terjadi kalau saya dan Mbak Rumi sedang di luar ruangan karena ada suatu keperluan yang perlu diselesaikan segera.
Bu Nanik juga sangat ramah dan baik hati dengan menawarkan mobilnya untuk kami nunuti kemana saja. Mau makan siang, visit atau kunjungan kerja ke klien, dan berbagai keperluan lainnya. Begitu pun saat pulsa hand phone (HP) kami habis. Bu Nanik dengan senang hati meminjamkan HP nya untuk kami gunakan. Sering saya menolak bantuannya.
Bu Nanik juga sangat ramah dan baik hati dengan menawarkan mobilnya untuk kami nunuti kemana saja. Mau makan siang, visit atau kunjungan kerja ke klien, dan berbagai keperluan lainnya. Begitu pun saat pulsa hand phone (HP) kami habis. Bu Nanik dengan senang hati meminjamkan HP nya untuk kami gunakan. Sering saya menolak bantuannya.
" Nggak usah Bu, nanti pulsa Ibu habis lhoo... "
" Nggak apa-apa, Mbak. Pakai saja. Saya masih punya fasilitas Talk Mania (TM)nya Simpati kok. Sayang kalau nggak dihabiskan. Kalau telepon pakai TM kan bisa hemat, Mbak. "
Dan dengan sangat terpaksa (padahal senang), saya terima uluran tangan dari Bu Nanik.
Dan dengan sangat terpaksa (padahal senang), saya terima uluran tangan dari Bu Nanik.
***
Saya merasa sangat sedih ketika kami sedang berselisih paham. Rasanya tak nyaman sekali. Tidak saling bertegur sapa, atau saling cerita. Untung saja Bu Nanik juga bukan orang yang pendendam. Marahnya sama saya paling cuma mampu bertahan sehari. Setelahnya ? Langsung akrab lagi.
dari kanan ke kiri : Tina, Bu Nanik, Mbak Aries, Mbak Ria, saya, Pak Wito, Mbak Rumi |
Keramahtamahan dalam perkataan
menciptakan
keyakinan,
keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan
dalam memberi menciptakan kasih. ( Lao Tse )
Sikap ramah tamah juga kembali saya temui ketika menghadiri pertemuan suatu komunitas. Awalnya saya sempat deg-degan, takut nggak bisa ngomong atau berbaur dengan teman-teman yang lain. Karena saya termasuk orang baru dalam komunitas tersebut dan belum punya karya apa-apa. Ternyata dugaan saya salah.
Dari awal berangkat, entah sengaja atau tidak (yang jelas sudah diatur oleh Allah SWT), saya dipertemukan dengan orang-orang yang sangat ramah tamah. Dari Malang menuju Surabaya, tempat pertemuan diadakan, saya berangkat bareng dengan Mbak Dewi Mora Rizkiana. Untung saja kami sudah pernah betemu sebelumnya. Jadi pembicaraan kami langsung nyambung. Kepala Sekolah sebuah Taman Kanak-kanak (TK) ini ternyata juga tak pelit membagi ilmunya. Ilmu apa saja. Ilmu mendidik anak, menulis dan mendongeng.
Sesampainya di Surabaya, kami dijemput oleh Bu Afin dan suaminya yang juga ramah tamah. Waktu itu karena kami akan dijemput agak siangan di terminal Surabaya dan bingung mau ngapain, akhirnya kami bermaksud untuk berangkat sendiri ke tempat acara. Ternyata oleh mereka, kami tak diijinkan. Alasannya karena mereka takut nanti kami kesasar dan tidak sampai tujuan. Maklumlah, Surabaya merupakan knta yang padat dengan tingkat kemacetan dan cuaca panas yang sangat tinggi.
Padahal tahu tidak, kami akan bareng dengan keluarga Bu Afin itu gratis lhoo.. Tak membayar sepersen pun. Nyatanya kami diperlakukan seperti ratu, tak boleh pergi sebelum mereka dan mobilnya datang menjemput. Duuh. senangnya berteman dengan mereka.
Ketika mobil dan keluarga Bu Afin datang, kembali saya dipertemukan dengan Mbak Dian Kristiani, yang super duper ramah. Setelah berkenalan sebentar di dalam mobil, dia langsung menanyai saya macam-macam. Saya asli mana, suami dari mana, punya anak berapa dan bekerja di mana.
Setelah saya jawab, obrolan berlangsung seperti jalan tol : sangat lancarr.. Kebanyakan tentang masalah Mbak Dian, yang kebetulan berhubungan dengan pekerjaan saya sehari-hari. Dari obrolan yang singkat itu, saya sudah merasa diuwongke, dianggap dan dihargai.
Ketika sampai di tempat acara, barulah saya tahu, siapa Mbak Dian ini sebenarnya. Dia dielu-elukan oleh siapa saja yang hadir saat itu, karena ternyata Mbak Dian sudah punya banyak karya. Semua fans atau penggemarnya dia layani dengan sangat ramah. Tak ada perkecualian.
Karena sambutan terhadap Mbak Dian begitu meriah, barulah saya yang merasa belum punya satu karya pun langsung menyingkir dari sampingnya. Di sudut ruangan, ada perasaan iri dan semangat yang berkobar-kobar. Iri karena belum mampu menorehkan prestasi, dan timbul semangat untuk membuat karya sebagus punya Mbak Dian.
Di kemudian hari saya tahu dari diskusi komunitas tersebut, ternyata karya Mbak Dian akan diterbitkan oleh negara tetangga kita, Malaysia. Itu pun cuma ditanggapi Mbak Dian dengan tertawa dan gaya gokilnya yang khas.
***
Padahal tahu tidak, kami akan bareng dengan keluarga Bu Afin itu gratis lhoo.. Tak membayar sepersen pun. Nyatanya kami diperlakukan seperti ratu, tak boleh pergi sebelum mereka dan mobilnya datang menjemput. Duuh. senangnya berteman dengan mereka.
Ketika mobil dan keluarga Bu Afin datang, kembali saya dipertemukan dengan Mbak Dian Kristiani, yang super duper ramah. Setelah berkenalan sebentar di dalam mobil, dia langsung menanyai saya macam-macam. Saya asli mana, suami dari mana, punya anak berapa dan bekerja di mana.
Setelah saya jawab, obrolan berlangsung seperti jalan tol : sangat lancarr.. Kebanyakan tentang masalah Mbak Dian, yang kebetulan berhubungan dengan pekerjaan saya sehari-hari. Dari obrolan yang singkat itu, saya sudah merasa diuwongke, dianggap dan dihargai.
dari kanan ke kiri : saya, Mbak Dian, dan Mbak Dewi Mora |
Ketika sampai di tempat acara, barulah saya tahu, siapa Mbak Dian ini sebenarnya. Dia dielu-elukan oleh siapa saja yang hadir saat itu, karena ternyata Mbak Dian sudah punya banyak karya. Semua fans atau penggemarnya dia layani dengan sangat ramah. Tak ada perkecualian.
Karena sambutan terhadap Mbak Dian begitu meriah, barulah saya yang merasa belum punya satu karya pun langsung menyingkir dari sampingnya. Di sudut ruangan, ada perasaan iri dan semangat yang berkobar-kobar. Iri karena belum mampu menorehkan prestasi, dan timbul semangat untuk membuat karya sebagus punya Mbak Dian.
Di kemudian hari saya tahu dari diskusi komunitas tersebut, ternyata karya Mbak Dian akan diterbitkan oleh negara tetangga kita, Malaysia. Itu pun cuma ditanggapi Mbak Dian dengan tertawa dan gaya gokilnya yang khas.
***
2). Keramahtamahan pengguncang dunia
Kembali ke berita tentang artis cantik Dian Sastrowardoyo. Siapa pun tahu, dia sangat Indonesia sekali. Cantik, sudah pasti. Juga ramah tamah dan murah senyum. Tak judes dan tak pelit berbagi informasi ketika diwawancarai wartawan. Pemilik paras ayu ini mampu mengguncang dunia karena lewat film Pasir Berbisik, dia dianugerahi pemeran wanita
terbaik pada Festival Film Internasional Singapura (2002) dan Festival Film Asia di Deauville, Perancis (2002).
sumber foto : http://fashionesedaily.com |
Prestasinya yang terkini yaitu mewakili Indonesia dan Asia Tenggara untuk pertama
kalinya dalam sejarah di Cannes Film Festival 2012. Semua itu karena dia ramah tamah.
Di jagad dunia hiburan atau keartisan, sikap ramah tamah itu amat diperlukan. Bagaimana murkanya wartawan ketika sang artis hanya menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban " No comment" dan langsung ngeloyor pergi. Apalagi kalau ada artis yang berseteru dengan lawan mainnya di sebuah film, atau aktor yang memukul para pemburu berita. Komentar negatif langsung tertuju kepada artis aktor yang tidak ramah tamah tersebut.
Berbeda dengan Dian Sastro, tak ada gosip miring atau berita jelek tentangnya. Itulah sebabnya mengapa walau sudah berumah tangga dan berputra satu, Dian Sastro masih sering kebanjiran job. Salah satu kunci suksesnya : sikap ramah tamahnya kepada siapa saja.
Keramahtamahan adalah aset terbesar bangsa Indonesia
Di jagad dunia hiburan atau keartisan, sikap ramah tamah itu amat diperlukan. Bagaimana murkanya wartawan ketika sang artis hanya menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban " No comment" dan langsung ngeloyor pergi. Apalagi kalau ada artis yang berseteru dengan lawan mainnya di sebuah film, atau aktor yang memukul para pemburu berita. Komentar negatif langsung tertuju kepada artis aktor yang tidak ramah tamah tersebut.
Berbeda dengan Dian Sastro, tak ada gosip miring atau berita jelek tentangnya. Itulah sebabnya mengapa walau sudah berumah tangga dan berputra satu, Dian Sastro masih sering kebanjiran job. Salah satu kunci suksesnya : sikap ramah tamahnya kepada siapa saja.
Keramahtamahan adalah aset terbesar bangsa Indonesia
Public figure yang mengguncang dunia dengan prestasi dan mempunyai sifat ramah tamah lainnya adalah atlet bulutangkis kita, Susi Susanti. Kita semua tahu, Susi Susanti kalau sedang bermain bulutangkis selalu rendah hati, murah senyum dan tak emosional. Dia selalu menempatkan bola-bolanya dengan telaten dan cekatan. Bahagianya bangsa Indonesia ketika pada tahun 1992 Susi Susanti berhasil menjadi juara
tunggal putri cabang bulutangkis di Olimpiade Barcelona, 1992.
sumber : http://www.indonesiaberprestasi.web.id/?p=2480 |
Susi Susanti juga pernah menjadi
peraih emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Uniknya, Alan Budikusuma
yang merupakan pacarnya ketika itu, turut menjadi juara di tunggal putra. Mereka
berhasil mengawinkan gelar juara tunggal putra dan putri bulutangkis pada
Olimpiade Barcelona. Media asing menjuluki mereka sebagai “Pengantin
Olimpiade”, sebuah julukan yang terjadi menjadi kenyataan di kemudian hari.
Susi
kembali berhasil meraih medali, kali ini medali perunggu pada Olimpiade 1996 di
Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu, Susi turut serta menorehkan prestasi
dengan merebut Piala Uber tahun 1994 dan 1996 bersama tim Uber Indonesia, gelar
yang telah lama lepas dari genggaman srikandi-srikandi kita.
Untuk seorang atlet, sikap sportif dan ramah tamah adalah sikap yang musti dijunjung tinggi. Kita sering melihat dan mendengar, bagaimana seorang atlet dihukum dengan kartu kuning, kartu merah, diskors tidak boleh main lagi, atau didenda jutaan rupiah, hanya karena mereka tidak ramah dan saling berseteru dengan lawan tandingnya.
Susi Susanti, berhasil mengukir prestasi dengan sikap ramah tamahnya. Seluruh dunia tertawan hatinya dengan senyum manisnya. Dan Indonesia pun bangga memiliki atlet seperti dia. Mendunia, tapi selalu membumi, karena mempunyai sifat yang paling Indonesia, ramah tamah.
Untuk seorang atlet, sikap sportif dan ramah tamah adalah sikap yang musti dijunjung tinggi. Kita sering melihat dan mendengar, bagaimana seorang atlet dihukum dengan kartu kuning, kartu merah, diskors tidak boleh main lagi, atau didenda jutaan rupiah, hanya karena mereka tidak ramah dan saling berseteru dengan lawan tandingnya.
Susi Susanti, berhasil mengukir prestasi dengan sikap ramah tamahnya. Seluruh dunia tertawan hatinya dengan senyum manisnya. Dan Indonesia pun bangga memiliki atlet seperti dia. Mendunia, tapi selalu membumi, karena mempunyai sifat yang paling Indonesia, ramah tamah.
***
Itulah Dian Sastrowardoyo dan Susi Susanti, contoh public figure yang prestasi dan keramahtamahannya berhasil mengguncang dunia. Di kehidupan sekitar saya ada pula Bu Nanik, Mbak Dewi Mora, Bu Afin dan Mbak Dian, orang yang keramahtamahannya juga telah menawan hati saya. Bukti nyata bahwa ramah tamah memang sudah menjadi ciri khas penduduk Indonesia. Dan dunia sudah mengakuinya. Mereka semua Muda, Beda dan Paling Indonesia. Lalu kapan giliran kita akan mengguncang dunia ? Hanya kita yang bisa menjawabnya, dengan sikap ramah tamah dan karya nyata kita.
*********
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog
Paling Indonesia, yang diselenggarakan oleh Anginmamiri.org dan Telkomsel.
menarik, mari kita kuasai dunia dengan keramahtamahan.
BalasHapusMakasih, Mas Adi Pradana.. Ikut lomba Telkomsel juga kah ??
BalasHapussaya juga ramah mbaaa. Apalagi pas tanggal muda. :D
BalasHapusqiqiiqiqiqiqi.. Aku pun begitu, Mbak Windii...
BalasHapusSemangat mengindonesiakan indonesia...
BalasHapussemangat Indonesia!!
salam anak negeri
Blogwalking sore & Mengundang juga blogger Indonesia hadir di
Lounge Event Tempat Makan Favorit Blogger+ Indonesia
Salam Spirit Blogger Indonesia